REVIEW 8:
IV. Analisis Tipologi Koperasi, V. Analisis Bobot Indikator
IV. Analisis Tipologi Koperasi, V. Analisis Bobot Indikator
ANALISIS TIPOLOGI DAN POSISI KOPERASI
PENERIMA
PROGRAM PERKASSA
STUDI KASUS DI SUMATERA SELATAN*)
Oleh
:
Johnny W. Situmorang**)
Berisi :
IV. ANALISIS TIPOLOGI KOPERASI
Hasil analisis PCA menunjukkan faktor yang paling dominan
sehingga faktor-faktor tersebut menjadi penciri utama sistem. Deskripsi PCA
terdiri dari tiga kelompok, yaitu (1) kelompok pengurus, (2) kelompok anggota,
dan (3) kelompok pakar. Masing-masing kelompok ini ditinjau menurut variabel
lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan Program
Perkassa sebagaimana metode yang telah dinyatakan pada uraian sebelumnya.
Persepsi masing-masing kelompok ini memberikan indikasi seberapa besar pengaruh
variabel yang digabung di dalam komponen tertentu terhadap keberhasilan Program
Perkassa.
Pada Tabel 3 terlihat jumlah faktor yang dominan dalam
indikator internal adalah sebanyak 12 faktor yang menyumbang ciri program
sebesar 73.9%, sisanya menjadi faktor yang tidak dominan dalam sistem tersebut.
Dengan kata lain, ke-12 faktor itu adalah penciri utama program. Dari 12 faktor
internal, dikelompokkan menjadi tiga komponen utama. Komponen Pertama dengan
dominansi 34.2% adalah faktor-faktor kelembagaan, kelengkapan organisasi dan SDM, finansial, penggunaan dana bergulir,
pembinaan kepada koperasi dan anggota, serta reputasi perusahaan. Komponen
Kedua dengan dominansi 21.5% adalah faktor-faktor sukses penyaluran, sukses
penggunaan, dan sukses pengembalian. Komponen Ketiga, dengan dominansi ciri
sebesar 18,3%, adalah faktor-faktor kelengkapan sarana dan prasarana kantor,
psikososial pengurus dan karyawan, dan psikososial anggota. Faktor-faktor yang
masuk dalam tiga komponen penciri tersebut, secara bersama-sama menjadi penciri
utama program Perkassa. Sisanya, bukanlah menjadi penciri utama program
Perkassa.
Tabel 3. Penciri
Utama Internal Program Perkassa Berdasarkan Metode PCA
Menurut
Responden Kelompok Pengurus Koperasi, 2008
Analisis PCA
terhadap indikator eksternal mengelompokkan faktor-faktor yang dominan menjadi
dua komponen utama yang memunculkan hanya 6 faktor dengan kontribusi ciri
sebesar 70.6%, seperti pada Tabel 4. Komponen Pertama dengan dominansi sebesar
49.0% adalah faktor-faktor peningkatan kapasitas, infrastruktur wilayah,
lingkungan operasi, lingkungan industri, dan
lingkungan jauh. Sedangkan Komponen Kedua hanya satu faktor, yaitu kebijakan
pemerintah dengan kontribusi 21.6%.
Faktor internal
yang dominan adalah sebanyak 9 faktor dalam 2 komponen utama dengan total
kontribusi ciri sebesar 52,9%. Komponen Pertama dengan dominansi 36.5% adalah
penggunaan dana bergulir, psikososial anggota, sukses penyaluran, sukses
penggunaan, dan sukses pengembalian. Sedangkan Komponen
Tabel 4. Penciri Utama Eksternal Program
Perkassa Berdasarkan Metode PCA
menurut Responden Kelompok Pengurus Koperasi,
2008
Kedua dengan dominansi 16.4% adalah
faktor-faktor kelembagaan, kelengkapan organisasi dan SDM, finansial, dan
kelengkapan sarana dan prasarana berusaha dengan kontribusi ciri sebesar 16.4%.
Menurut pengurus dan anggota, sukses penyaluran, sukses penggunaan dan sukses
pengembalian merupakan faktor yang dominan sebagai penciri utama Program
Perkassa. Faktor-faktor internal menurut responden kelompok anggota koperasi
yang dominan sebagai penciri utama program PERKASSA menurut anggota koperasi
2008 dapat dilihat pada Tabel 5.
Faktor eksternal yang merupakan penciri utama
Program Perkassa adalah 6 faktor dengan kontribusi sebesar 66.1% yang
terkelompok menjadi dua komponen utama (Tabel 6). Komponen Pertama dengan
kontribusi sebesar 46,3% adalah faktor-faktor kebijakan pemerintah,
infrastruktur wilayah, lingkungan operasi, dan lingkungan industri. Sedangkan
Komponen Kedua adalah faktor-faktor peningkatan kapasitas dan lingkungan jauh
yang dominansi cirinya sebesar 19,8%.
Tabel 5. Penciri
Utama Internal Program Perkassa Berdasarkan Metode PCA
menurut
Responden Kelompok Anggota Koperasi, 2008
Tabel 6. Penciri
Utama Eksternal Program Perkassa Berdasarkan Metode PCA
menurut
Responden Kelompok Anggota Koperasi, 2008
Pada
Tabel 7 terlihat hasil analisis PCA terhadap faktor internal berdasarkan
responden kelompok pakar yang menunjukkan jumlah faktor yang dominan sebagai
penciri program sebanyak 10 faktor dengan kontribusi ciri sebesar 72.0% yang
terkelompok menjadi dua komponen utama. Komponen Pertama meliputi tujuh faktor,
yaitu kelengkapan sarana dan prasarana berusaha, penggunaan dana bergulir,
psikososial anggota, reputasi perusahaan, sukses penyaluran, sukses penggunaan,
dan sukses pengembalian dengan dominansi sebesar 54.8%. Dalam hal ini, tiga
variabel sukses, yaitu penyaluran, sukses penggunaan, dan sukses pengembalian,
juga menjadi satu komponen seperti halnya persepsi pengurus dan anggota
koperasi. Komponen Kedua meliputi tiga faktor, yaitu kelembagaan, kelengkapan
organisasi dan SDM, serta finansial dengan dominansi sebesar 17,2%.
Tabel
7. Penciri Utama Internal Program Perkassa Berdasarkan
Metode
PCA menurut Responden Kelompok Pakar, 2008
Pada Tabel 8
terlihat faktor-faktor eksternal sebagai penciri program Perkassa menurut
responden pakar adalah sebanyak 6 faktor dengan dominansi sebesar 71.5%. Hasil analisis PCA
mengelompokkan faktor eksternal menjadi dua komponen utama. Komponen Pertama terdiri
dari kebijakan pemerintah dan peningkatan kapasitas dengan dominansi sebesar 51.5%.
Sedangkan Komponen Kedua dengan dominansi sebesar 20.0% adalah faktor-faktor infrastruktur
wilayah, lingkungan operasi, lingkungan industri, dan lingkungan jauh. Dengan demikian masih ada
28,5% yang mempengaruhi Program perkassa tetapi tidak termasuk sebagai penciri utama program
Perkassa. Hasil analisis ini sejalan dengan responden kelompok pengurus dan anggota koperasi.
Tabel
8. Penciri Utama Eksternal Program Perkassa Berdasarkan Metode PCA
menurut Responden Kelompok Anggota
Koperasi, 2008
Dari uraian di atas
dapat dinyatakan faktor yang dominan menjadi ciri program Perkassa tidak
seluruhnya faktor yang dibangun dalam metode penelitian meskipun perumusan indikator
dan faktor-faktor melalui proses pembahasan yang intensif dan sepakat
memasukkannya sebagai indikator dan variabel. Pembuktian emprikal berdasarkan
metode PCA menghasilkan faktor-faktor atau variabel sebagai penciri utama. Hal
lain yang menarik adalah hasil PCA cenderung sama antara pengurus koperasi,
anggota koperasi, dan pakar. Baik responden pengurus, anggota Kopwan, dan pakar
menunjukkan kecenderungan yang sama atas faktor-faktor yang dominan sebagai
penciri utama program Perkassa.
V. ANALISIS BOBOT INDIKATOR
Sebagaimana dalam metode analisis, tercantum secara jelas
indikator yang dibangun untuk analisis dalam penelitian ini, sebanyak 14
indikator yang terdiri dari 34 faktor internal, dan 22 faktor eksternal. Para
pemangku kepentingan menilai pelaksanaan program Perkassa, seperti tercantum
pada Tabel 9. Indikator yang termasuk 5 besar dengan bobot kumulatif 50.4%
secara berturutan adalah kelembagaan, kelengkapan organisasi dan SDM,
finansial, dan kelengkapan sarana dan prasarana, dan penggunaan dana bergulir.
Selebihnya pada urutan selanjutnya, yakni kebijakan pemerintah, reputasi
perusahaan, dan psikologi pengurus, menempati peringkat enam, tujuh, dan
delapan. Psikososial anggota, peningkatan kapasitas, lingkungan usaha, dan
infrastruktur daerah menempati urutan ke sembilan, sepuluh, sebelas, dan dua
belas. Lingkungan operasi dan lingkungan jauh berada pada dua peringkat
terakhir, yakni peringkat tiga belas dan empat belas.
Tabel 9. Bobot dan Peringkat Indikator
Program PERKASSA,Tahun 2008
Indikator kelengkapan organisasi dan sumberdaya manusia
bersama dengan indikator kelembagaan mempunyai peran yang sangat penting dalam
menjalankan kegiatan koperasi sehari-hari. Kedua indikator yang menonjol ini
menunjukkan adanya penguatan organisasi, manajemen, dan sumberdaya manusia
dalam menjalankan usaha Kopwan yang kegiatannya diatur dalam mekanisme dan
aturan yang sudah disepakati menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku. Sebagai
organisasi yang resmi/berbadan hukum, pewadahan masyarakat dalam koperasi dapat
menjadi instrumen yang tepat dari program pemberdayaan rakyat. Pada Tabel 10
terlihat hasil analisis pembobotan variabel internal dan eksternal. Kelompok 5
besar bobot tertinggi adalah jumlah anggota aktif & produktif (26.7%),
disusul secara berturutan pelaksanaan RAT (23.1%), usia lembaga (19.2%),
persentase jumlah anggota (18.2%), dan wilayah kerja (12.8). Jumlah anggota
aktif dan produktif bersama dengan pelaksanaan RAT dan usia lembaga mendominasi
bobot faktor kelompok kelembagaan,mencapai 69%. Dengan cara yang sama,
faktor-faktor dalam kelengkapan organisasi dan SDM yang menonjol berdasarkan
bobot adalah tertib administrasi (42.8%).
Dalam kelompok indikator finansial, bobot faktor yang
tertinggi secara kumulatif lebih dari 67.6% adalah faktor rasio modal dalam dan
luar (26.8%), disusul faktor kelancaran pinjaman (21.8%), dan rasio laba dengan
asset (19.0%). Bobot faktor-faktor yang termasuk dalam indikator prasarana
& sarana adalah lokasi kantor (28.0%) dan perlengkapan sarana kantor (28.0%),
keduanya dengan bobot 56%. Performa lokasi kantor yang tinggi menunjukkan
lokasi Kopwan yang dekat dengan pusat pasar. Sedangkan rendahnya peringkat
faktor penerapan teknologi menunjukkan Kopwan masih lemah dalam penggunaan
teknologi informasi dalam menjalankan program Perkassa.
Bobot faktor-faktor dalam kelompok indikator penggunaan
dana bergulir terbesar adalah pencairan dana dari bank ke koperasi (23.7%),
menyusul pencairan dana dari koperasi ke anggota (21.6%), dan penggunaan dana
untuk modal kerja (20.7%), sehingga bobot ketiga faktor ini mencapai 60.0%.
Bobot faktor dalam kelompok indikator psikologi pengurus tertinggi adalah
faktor rasa memiliki koperasi (27.8%), disusul oleh faktor kebanggaan sebagai
pengurus koperasi (19.2%), dan kepuasan pengurus melaksanakan program (19.0%).
Ketiga faktor ini menyumbang bobot sebesar 66%. Bobot terrendah adalah
kohesifitas pengurus berkoperasi (15.8%). Bobot faktor yang termasuk dalam
kelompok psikologi anggota tertinggi adalah faktor rasa memiliki koperasi (26.3%),
disusul oleh kebanggaan sebagai anggota koperasi (22.6%), dan kepuasan berusaha
(22.2%). Ketiga faktor tersebut menyumbang bobot 71.1%.
Tabel 10. Bobot
Faktor-faktor Setiap Indikator Program Perkassa,
Tahun
2008
Dalam kelompok indikator kebijakan
pemerintah, faktor yang bobotnya dan ratingnya tertinggi adalah tingkat
sukubunga kredit (64.1%) Ini berarti sukubunga pinjaman yang dikenakan oleh
pemerintah dalam program ini adalah penting rendah dan menarik. Bobot tertinggi
faktor dalam kelompok indikator peningkatan kapasitas adalah faktor pelatihan
ketrampilan usaha (45.4%), disusul oleh faktor pendampingan usaha (33.0%).
Artinya, pelatihan sangat penting dalam pelaksanaan program Perkassa. Dalam
kelompok indikator infrastruktur wilayah, bobot faktor terbesar adalah faktor
ketersediaan pasar (28.4%), disusul oleh jumlah & jenis sarana transportasi
(27.6%), dan ketersediaan sarana informasi (25.3%). Ketiganya menyumbangkan
bobot sebesar 81.3%.
Dalam kelompok indikator lingkungan
operasi/bisnis, bobot faktor terbesar adalah struktur pasar (42.2%), disusul
oleh pengembangan ekonomi wilayah (31.7%). Dalam kelompok indikator lingkungan
industrial, bobot faktor tertinggi adalah faktor bahan baku untuk usaha
(16.9%), disusul oleh faktor-faktor kepastian usaha (15.3%), perijinan usaha
(14.5%), dan ketersediaan tenagakerja (14.5%). Keempat faktor tersebut
menyumbang bobot sebesar 61.2%. Dalam kelompok indikator lingkungan jauh, bobot
faktor terbesar adalah otonomi daerah (37.9%), disusuk oleh demokrasi (33.3%).
Nama / NPM : Riski Ludvitasari / 26211274
Kelas / Tahun : 2EB09 / 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar