Jumat, 28 Desember 2012

Riview Jurnal Ekonomi Koperasi (8)



REVIEW 8:
IV. Analisis Tipologi Koperasi, V. Analisis Bobot Indikator


ANALISIS TIPOLOGI DAN POSISI KOPERASI PENERIMA
PROGRAM PERKASSA
STUDI KASUS DI SUMATERA SELATAN*)

Oleh :
Johnny W. Situmorang**)

Berisi :
IV. ANALISIS TIPOLOGI KOPERASI
Hasil analisis PCA menunjukkan faktor yang paling dominan sehingga faktor-faktor tersebut menjadi penciri utama sistem. Deskripsi PCA terdiri dari tiga kelompok, yaitu (1) kelompok pengurus, (2) kelompok anggota, dan (3) kelompok pakar. Masing-masing kelompok ini ditinjau menurut variabel lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan Program Perkassa sebagaimana metode yang telah dinyatakan pada uraian sebelumnya. Persepsi masing-masing kelompok ini memberikan indikasi seberapa besar pengaruh variabel yang digabung di dalam komponen tertentu terhadap keberhasilan Program Perkassa.
Pada Tabel 3 terlihat jumlah faktor yang dominan dalam indikator internal adalah sebanyak 12 faktor yang menyumbang ciri program sebesar 73.9%, sisanya menjadi faktor yang tidak dominan dalam sistem tersebut. Dengan kata lain, ke-12 faktor itu adalah penciri utama program. Dari 12 faktor internal, dikelompokkan menjadi tiga komponen utama. Komponen Pertama dengan dominansi 34.2% adalah faktor-faktor kelembagaan, kelengkapan organisasi dan SDM, finansial, penggunaan dana bergulir, pembinaan kepada koperasi dan anggota, serta reputasi perusahaan. Komponen Kedua dengan dominansi 21.5% adalah faktor-faktor sukses penyaluran, sukses penggunaan, dan sukses pengembalian. Komponen Ketiga, dengan dominansi ciri sebesar 18,3%, adalah faktor-faktor kelengkapan sarana dan prasarana kantor, psikososial pengurus dan karyawan, dan psikososial anggota. Faktor-faktor yang masuk dalam tiga komponen penciri tersebut, secara bersama-sama menjadi penciri utama program Perkassa. Sisanya, bukanlah menjadi penciri utama program Perkassa.

Tabel 3. Penciri Utama Internal Program Perkassa Berdasarkan Metode PCA
Menurut Responden Kelompok Pengurus Koperasi, 2008

Analisis PCA terhadap indikator eksternal mengelompokkan faktor-faktor yang dominan menjadi dua komponen utama yang memunculkan hanya 6 faktor dengan kontribusi ciri sebesar 70.6%, seperti pada Tabel 4. Komponen Pertama dengan dominansi sebesar 49.0% adalah faktor-faktor peningkatan kapasitas, infrastruktur wilayah, lingkungan operasi, lingkungan industri, dan lingkungan jauh. Sedangkan Komponen Kedua hanya satu faktor, yaitu kebijakan pemerintah dengan kontribusi 21.6%.
Faktor internal yang dominan adalah sebanyak 9 faktor dalam 2 komponen utama dengan total kontribusi ciri sebesar 52,9%. Komponen Pertama dengan dominansi 36.5% adalah penggunaan dana bergulir, psikososial anggota, sukses penyaluran, sukses penggunaan, dan sukses pengembalian. Sedangkan Komponen
Tabel 4. Penciri Utama Eksternal Program Perkassa Berdasarkan Metode PCA
menurut Responden Kelompok Pengurus Koperasi, 2008
 




Kedua dengan dominansi 16.4% adalah faktor-faktor kelembagaan, kelengkapan organisasi dan SDM, finansial, dan kelengkapan sarana dan prasarana berusaha dengan kontribusi ciri sebesar 16.4%. Menurut pengurus dan anggota, sukses penyaluran, sukses penggunaan dan sukses pengembalian merupakan faktor yang dominan sebagai penciri utama Program Perkassa. Faktor-faktor internal menurut responden kelompok anggota koperasi yang dominan sebagai penciri utama program PERKASSA menurut anggota koperasi 2008 dapat dilihat pada Tabel 5.
Faktor eksternal yang merupakan penciri utama Program Perkassa adalah 6 faktor dengan kontribusi sebesar 66.1% yang terkelompok menjadi dua komponen utama (Tabel 6). Komponen Pertama dengan kontribusi sebesar 46,3% adalah faktor-faktor kebijakan pemerintah, infrastruktur wilayah, lingkungan operasi, dan lingkungan industri. Sedangkan Komponen Kedua adalah faktor-faktor peningkatan kapasitas dan lingkungan jauh yang dominansi cirinya sebesar 19,8%.

Tabel 5. Penciri Utama Internal Program Perkassa Berdasarkan Metode PCA
menurut Responden Kelompok Anggota Koperasi, 2008


Tabel 6. Penciri Utama Eksternal Program Perkassa Berdasarkan Metode PCA
menurut Responden Kelompok Anggota Koperasi, 2008

Pada Tabel 7 terlihat hasil analisis PCA terhadap faktor internal berdasarkan responden kelompok pakar yang menunjukkan jumlah faktor yang dominan sebagai penciri program sebanyak 10 faktor dengan kontribusi ciri sebesar 72.0% yang terkelompok menjadi dua komponen utama. Komponen Pertama meliputi tujuh faktor, yaitu kelengkapan sarana dan prasarana berusaha, penggunaan dana bergulir, psikososial anggota, reputasi perusahaan, sukses penyaluran, sukses penggunaan, dan sukses pengembalian dengan dominansi sebesar 54.8%. Dalam hal ini, tiga variabel sukses, yaitu penyaluran, sukses penggunaan, dan sukses pengembalian, juga menjadi satu komponen seperti halnya persepsi pengurus dan anggota koperasi. Komponen Kedua meliputi tiga faktor, yaitu kelembagaan, kelengkapan organisasi dan SDM, serta finansial dengan dominansi sebesar 17,2%.
Tabel 7. Penciri Utama Internal Program Perkassa Berdasarkan
Metode PCA menurut Responden Kelompok Pakar, 2008

Pada Tabel 8 terlihat faktor-faktor eksternal sebagai penciri program Perkassa menurut responden pakar adalah sebanyak 6 faktor dengan dominansi sebesar 71.5%. Hasil analisis PCA mengelompokkan faktor eksternal menjadi dua komponen utama. Komponen Pertama terdiri dari kebijakan pemerintah dan peningkatan kapasitas dengan dominansi sebesar 51.5%. Sedangkan Komponen Kedua dengan dominansi sebesar 20.0% adalah faktor-faktor infrastruktur wilayah, lingkungan operasi, lingkungan industri, dan lingkungan jauh. Dengan demikian masih ada 28,5% yang mempengaruhi Program perkassa tetapi tidak termasuk sebagai penciri utama program Perkassa. Hasil analisis ini sejalan  dengan responden kelompok pengurus dan anggota koperasi.
Tabel 8. Penciri Utama Eksternal Program Perkassa Berdasarkan Metode PCA
menurut Responden Kelompok Anggota Koperasi, 2008

Dari uraian di atas dapat dinyatakan faktor yang dominan menjadi ciri program Perkassa tidak seluruhnya faktor yang dibangun dalam metode penelitian meskipun perumusan indikator dan faktor-faktor melalui proses pembahasan yang intensif dan sepakat memasukkannya sebagai indikator dan variabel. Pembuktian emprikal berdasarkan metode PCA menghasilkan faktor-faktor atau variabel sebagai penciri utama. Hal lain yang menarik adalah hasil PCA cenderung sama antara pengurus koperasi, anggota koperasi, dan pakar. Baik responden pengurus, anggota Kopwan, dan pakar menunjukkan kecenderungan yang sama atas faktor-faktor yang dominan sebagai penciri utama program Perkassa.

V. ANALISIS BOBOT INDIKATOR
Sebagaimana dalam metode analisis, tercantum secara jelas indikator yang dibangun untuk analisis dalam penelitian ini, sebanyak 14 indikator yang terdiri dari 34 faktor internal, dan 22 faktor eksternal. Para pemangku kepentingan menilai pelaksanaan program Perkassa, seperti tercantum pada Tabel 9. Indikator yang termasuk 5 besar dengan bobot kumulatif 50.4% secara berturutan adalah kelembagaan, kelengkapan organisasi dan SDM, finansial, dan kelengkapan sarana dan prasarana, dan penggunaan dana bergulir. Selebihnya pada urutan selanjutnya, yakni kebijakan pemerintah, reputasi perusahaan, dan psikologi pengurus, menempati peringkat enam, tujuh, dan delapan. Psikososial anggota, peningkatan kapasitas, lingkungan usaha, dan infrastruktur daerah menempati urutan ke sembilan, sepuluh, sebelas, dan dua belas. Lingkungan operasi dan lingkungan jauh berada pada dua peringkat terakhir, yakni peringkat tiga belas dan empat belas.

Tabel 9. Bobot dan Peringkat Indikator Program PERKASSA,Tahun 2008

Indikator kelengkapan organisasi dan sumberdaya manusia bersama dengan indikator kelembagaan mempunyai peran yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan koperasi sehari-hari. Kedua indikator yang menonjol ini menunjukkan adanya penguatan organisasi, manajemen, dan sumberdaya manusia dalam menjalankan usaha Kopwan yang kegiatannya diatur dalam mekanisme dan aturan yang sudah disepakati menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku. Sebagai organisasi yang resmi/berbadan hukum, pewadahan masyarakat dalam koperasi dapat menjadi instrumen yang tepat dari program pemberdayaan rakyat. Pada Tabel 10 terlihat hasil analisis pembobotan variabel internal dan eksternal. Kelompok 5 besar bobot tertinggi adalah jumlah anggota aktif & produktif (26.7%), disusul secara berturutan pelaksanaan RAT (23.1%), usia lembaga (19.2%), persentase jumlah anggota (18.2%), dan wilayah kerja (12.8). Jumlah anggota aktif dan produktif bersama dengan pelaksanaan RAT dan usia lembaga mendominasi bobot faktor kelompok kelembagaan,mencapai 69%. Dengan cara yang sama, faktor-faktor dalam kelengkapan organisasi dan SDM yang menonjol berdasarkan bobot adalah tertib administrasi (42.8%).
Dalam kelompok indikator finansial, bobot faktor yang tertinggi secara kumulatif lebih dari 67.6% adalah faktor rasio modal dalam dan luar (26.8%), disusul faktor kelancaran pinjaman (21.8%), dan rasio laba dengan asset (19.0%). Bobot faktor-faktor yang termasuk dalam indikator prasarana & sarana adalah lokasi kantor (28.0%) dan perlengkapan sarana kantor (28.0%), keduanya dengan bobot 56%. Performa lokasi kantor yang tinggi menunjukkan lokasi Kopwan yang dekat dengan pusat pasar. Sedangkan rendahnya peringkat faktor penerapan teknologi menunjukkan Kopwan masih lemah dalam penggunaan teknologi informasi dalam menjalankan program Perkassa.
Bobot faktor-faktor dalam kelompok indikator penggunaan dana bergulir terbesar adalah pencairan dana dari bank ke koperasi (23.7%), menyusul pencairan dana dari koperasi ke anggota (21.6%), dan penggunaan dana untuk modal kerja (20.7%), sehingga bobot ketiga faktor ini mencapai 60.0%. Bobot faktor dalam kelompok indikator psikologi pengurus tertinggi adalah faktor rasa memiliki koperasi (27.8%), disusul oleh faktor kebanggaan sebagai pengurus koperasi (19.2%), dan kepuasan pengurus melaksanakan program (19.0%). Ketiga faktor ini menyumbang bobot sebesar 66%. Bobot terrendah adalah kohesifitas pengurus berkoperasi (15.8%). Bobot faktor yang termasuk dalam kelompok psikologi anggota tertinggi adalah faktor rasa memiliki koperasi (26.3%), disusul oleh kebanggaan sebagai anggota koperasi (22.6%), dan kepuasan berusaha (22.2%). Ketiga faktor tersebut menyumbang bobot 71.1%.

Tabel 10. Bobot Faktor-faktor Setiap Indikator Program Perkassa,
Tahun 2008
 
 
 
Dalam kelompok indikator kebijakan pemerintah, faktor yang bobotnya dan ratingnya tertinggi adalah tingkat sukubunga kredit (64.1%) Ini berarti sukubunga pinjaman yang dikenakan oleh pemerintah dalam program ini adalah penting rendah dan menarik. Bobot tertinggi faktor dalam kelompok indikator peningkatan kapasitas adalah faktor pelatihan ketrampilan usaha (45.4%), disusul oleh faktor pendampingan usaha (33.0%). Artinya, pelatihan sangat penting dalam pelaksanaan program Perkassa. Dalam kelompok indikator infrastruktur wilayah, bobot faktor terbesar adalah faktor ketersediaan pasar (28.4%), disusul oleh jumlah & jenis sarana transportasi (27.6%), dan ketersediaan sarana informasi (25.3%). Ketiganya menyumbangkan bobot sebesar 81.3%.
Dalam kelompok indikator lingkungan operasi/bisnis, bobot faktor terbesar adalah struktur pasar (42.2%), disusul oleh pengembangan ekonomi wilayah (31.7%). Dalam kelompok indikator lingkungan industrial, bobot faktor tertinggi adalah faktor bahan baku untuk usaha (16.9%), disusul oleh faktor-faktor kepastian usaha (15.3%), perijinan usaha (14.5%), dan ketersediaan tenagakerja (14.5%). Keempat faktor tersebut menyumbang bobot sebesar 61.2%. Dalam kelompok indikator lingkungan jauh, bobot faktor terbesar adalah otonomi daerah (37.9%), disusuk oleh demokrasi (33.3%).


Nama / NPM              : Riski Ludvitasari / 26211274
Kelas / Tahun            : 2EB09 / 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar