REVIEW 3
:
Hasil, Kesimpulan, Daftar Pustaka
Hasil, Kesimpulan, Daftar Pustaka
PROFIL KOPERASI DI ERA
GLOBALISASI: STUDI TENTANG POLA PERGESERAN ORGANISASI PRODUKSI KE KONSUMSI PADA
INDUSTRI TAS DAN KOPOR DI KOPERASI INTAKO TANGGULANGIN SIDOARJO TAHUN 1976-2005
Oleh
:
Mohammad Adib *
* Dosen Departmen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Airlangga
Jl.
Airlangga 4-6 Surabaya Email: hmadib@unair.ac.id
Berisi :
HASIL
Hasil penelitian ini tentang
kekayaan Koperasi Intako pada lima tahun pertama dan lima tahun terakhir,
perbandingan antara total kekayaan (simpanan anggota, cadangan, dan modal atau
aset) dibandingkan dengan rata-rata kekayaan Koperasi Intako dapat diperoleh
gambaran bahwa pada lima tahun pertama cenderung lebih tinggi perolehan
kekayaannya, yang mencapai 193% (1981). Sedangkan pada lima tahun terakhir
pencapaian kekayaan tertinggi sejumlah 132% (tahun 2005 sampai Oktober). Lihat
tabel 1.
Tabel 1. Jumlah dan Persentase Anggota Koperasi Intako Pada Lima Tahun Pertama dan Lima Tahun Terakhir
Sumber: Koperasi Intako (2006)
Tabel 2. Jenis Kelamin Responden
Sumber: Data primer
Barang jadi yang dipasok ke
Koperasi Intako yang berasal dari non anggota dengan demikian maksimal mencapai
31% dan berlangsung pada tahun 2001. Persentase terendahnya pada tahun 2004
dengan angka 6%. Lihat tabel 2 dan 3. Gambaran responden anggota Koperasi
Intako dalam penelitian ini 87,7 pesen terdiri dari laki-laki dan 12,3 persen
terdiri dari wanita. Itu berarti bahwa mayoritas anggota Koperasi Intako adalah
berjenis kelamin laki-laki. Lihat pada tabel 2. Pekerjaan utama responden
anggota Koperasi Intako ini mayoritas (64,6%) adalah memang perajin yang
memproduksi Tas dan berbagai macam tas lainnya. Meskipun terdapat anggota yang
pekerjaan utamanya berbeda yakni sebagai pedagang namun jumlah relative sangat
kecil yakni 7%. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3. berikut ini.
Tabel 3. Pekerjaan Utama Responden
Sumber: Data primer
Anggota Koperasi Intako yang umumnya
(64,6%) perajin ini diperoleh gambaran tentang jumlah pekerja yang mengerjakan kegiatan
produksi ini sejumlah 50,8% berjumlah 1-5 orang. Jumlah pekerja 11 orang ke
atas berjumlah 7,7%. Itu berarti para produsen anggota Koperasi Intako ini
umumnya tergolong perajin industri kecil yang jumlah pekerja/karyawannya
sekitar 5 orang. Lihat pada tabel 6. Gambaran keanggotaan responden di Koperasi
Intako diperoleh deskripsi sebagai berikut, terjadi lonjakan jumlah perajin
yang mendaftar sebagai anggota Koperasi Intako pada sepuluh tahun terakhir.
Pada tahun 1996-2005 terdapat kenaikan 32,3%, dan tahun 2001-2005 sejumlah
38,5%. Sebelum tahun tersebut, jumlah anggota yang bergabung untuk mendaftar di
Koperasi Intako rata-rata pada set iap l ima tahunnya terdapat tambahan jumlah
di bawah angka 10%. Lihat pada tabel 7. Jenis barang jadi yang diproduksi oleh
anggota Koperasi Intako adalah sebagai berikut : mayori tas anggota (76,9%)
Koperasi Intako adalah perajin dengan mempruduksi jenis produksi barang jadi
kulit. Sisanya bahan non kulit, termasuk imitasi. Lihat pada tabel 8.
Tabel 4. Persentase Rata-rata Perkembangan Usaha di
Koperasi Intako Pada Lima Tahun Pertama dan Lima Tahun Terakhir
Tabel 5. Perbandingan Pemasok Barang Jadi Dari
Anggota dan Non Anggota di Koperasi Intako Tahun 2000-2005
Sumber: Koperasi Intako, 2006. Diolah
Tabel 6.
Jumlah Pekerja atau Karyawan
Sumber: Data primer
Tabel 7.
Tahun Bergabung ke Koperasi Intako
Sumber: Data primer
Tabel 8.
Jenis Produksi Barang Jadi Kulit
Sumber: Data primer
Jenis
barang-barang produksi yang dibuat oleh para perajin anggota Koperasi Intako
adalah berupa tas kerja diproduksi oleh 35,39% responden. Dari persentase
tersebut 10,7% memproduksi tas kerja 26- 50 buah perminggunya. 6,15%
mem-produksi tas kerja dengan jumlah antara 51-75 buah perminggu
begitu pula persentasenya sama perajin anggota Koperasi Intako yang memproduksi
di atas 101 buah perminggu. Lihat tabel 9. berikut ini.
Jenis
barang-barang produksi yang dibuat oleh para perajin anggota Koperasi Intako
berupa tas belanja diproduksi oleh 29,24% responden. Dari persentase tersebut
9,23% memproduksi tas kerja berjumlah 26-50 buah perminggunya. Sementara 7,69%
responden memproduksi tas belanja dengan kemampuan produksi antara 51-75 buah
perminggu. Lihat tabel 10. berikut ini.
Perajin
anggota Koperasi Intako mempekerjakan pegawai atau SDM pekerja sebagai tukang
di bidang produksi mayoritas 87,7% berjumlah sampai 6 orang; 6,2% berikutnya
berjumlah 6-10 orang tukang. Artinya perajin anggota Koperasi Intako adalah
tergolong dalam industri kecil dan rumah tangga. Sedangkan yang
tergolong perajin menengah sejumlah 3.1%. Lihat tabl 11.
Pada tahun 2002 omset kegiatan produksi dari responden Anggota Koperasi Intako pada penelitian ini diperoleh angka 12,3%. Setara dengan tahun 2001 dan 2002, pada tahun 2003 ini terdapat sedikit variasi pada omset Rp 1.000.000-Rp 25.000.000 yang mencapai 4,6%. Terdapat pula dengan omset produksi lebih dari Rp 100 juta (3,1%). Lihat tabel 12. berikut ini.
Kegiatan
perdagangan yang dilakukan oleh responden pada tahun 2000 sama dengan tahun
2001. Sejumlah 7 orang responden (11,8%) yang melakukan per-dagangan itu,
dengan omset rata-rata Rp 25.000.000-Rp 50.000.000 dan bahkan terdapat juga omset Rp
100.000.000, masing-masing dilakukan oleh 4,6% responden. Lihat pada tabel 13.
berikut ini.
Persentase
omset kegiatan per-dagangan yang dilakukan oleh responden pada tahun 2002 sama
dengan tahun 2003. Pada dua tahun ini kegiatan perdagangan dan nyaris sama
dengan dua tahun sebelumnya yakni dilakukan oleh sejumlah 7 orang responden
(11,8%). Sedikit variasi pada jumlah omset antara Rp Rp 1.000.000 – 25.000.000
dan Rp. 25.001.000-Rp 50.000.000 masing-masing 3,1%. Sedangkan beromset Rp
100.000.000 ke atas dilakukan oleh 3 orang responden (4,6%). Lihat pada tabel
14. berikut ini.
Jadi
karena kemampuan produksi yang dilakukan oleh para produsen perajin tas dan
kopor yang terbatas, se-mentara permintaan pasar terus meningkat, maka yang
dilakukan oleh para perajin adalah dengan menambah pengadaan barang jadi dengan
cara kulakan. Lihat tabel 13 dan 14.
Di
samping kualitas barang yang menjadi perhatian bagi perajin anggota Koperasi
Intako untuk ditingkatkan, masalah kuantitas juga tidak luput dari perhatian
mereka (87,7%). Artinya bahwa dalam persaingan basar bebas, hendaknya Koperasi Intako
dapat menjadi motor dalam meningkatkan jumlah dan kualitas produksi agar dapat
bersaing dengan kompetitor-kompetitornya. Lihat tabel 15. berikut ini.
Pembahasan
dari hasil di atas adalah sebagai berikut. Profil Koperasi Intako. Pertama
tentang profil Koperasi Intako. Koperasi Intako (Industri Tas dan Kopor)
Tanggulangin, bermodalkan awal Rp. 135 ribu pada tahun 1976 dan pada tahun 2004 mencapai Rp. 11,2
milayar. Koperasi yang beranggotakan para perajin tas dan kopor ini pada lima
tahun pertama (1976-1981) terdapat semangat yang tinggi untuk bergabung di
dalamnya, sampai mencapai angka tertinggi 274% pada tahun 1981. Namun pada 5
tahun terakhir (2000-2005), peningkatan bergabung menjadi anggota terjadi pada
tahun 2002 dan 2003 dengan persentase tertinggi 189%. Setelah itu jumlah dan
persentase anggotanya cen-derung menurun. Kedua,
perkembangan Usaha. Di-bandingkan dengan rata-rata perkembangan usaha pada 5
tahun pertama (1976-1981) dan lima tahun terakhir (2000-2005), maka usaha pada
Koperasi Intako lebih ber-kembang pada lima tahun pertama dengan tingkat
perkembangan tertinggi mencapai 193% pada tahun 1981. Sedangkan pada lima tahun
terakhir peningkatan usaha tertinggi hanya mencapai angka 132% pada tahun 2004.
Ketiga
keuntungan SHU (Sisa Hasil Usaha) pada tiap tahunnya, yang di-peroleh Koperasi
Intako pada lima tahun pertama jauh lebih tinggi dibandingkan pada lima tahun
terakhir. Pada lima tahun pertama SHUnya sampai mencapai angka 60% (1977)
dengan rata-rata 18% pada tiap tahunnya. Sedangkan pada lima tahun terakhir,
hanya mencapai angka tertinggi 14% (2000) dan terus menurun 13% (2001), 10%
(2002), 7% (2003 dan 2004). Rata-ratanya pada lima tahunterakhir juga mencapai
angka 8% pada tiap tahunnya. Ketiga, pergeseran produksi ke konsumsi. Dari hasil
analisis pada lima tahun terakhir (2000-2005), kegiatan usaha Koperasi Intako
telah mengalami pergeseran usaha dalam pengertian telah terjadi pengembangan
usaha khususnya pada kegiatan perdagangan (kulakan) dengan angka tertinggi
69,2% pada tahun 2005. Namun pengembangan ini juga terjadi pada kegiatan
produksi dengan jumlah
dan persentase yang nyaris sama—meskipun dengan komposisi pelaku anggota
Koperasi Intako yang agak berbeda. Adapun
para perajin anggota Koperasi Intako yang terus aktif melakukan kegiatan
perdagangan dan produksi ini adalah perajin pada posisi ekstrim golongan
perajin kecil dan ekstrim pada golongan perajin besar. Golongan perajin kecil
adalah perajin yang beromset antara Rp 1 – 25 juta pertahun sedangkan golongan
perajin besar adalah perajin yang beromset lebih dari Rp. 100 juta pertahun.
KESIMPULAN
Profil
Koperasi Intako (Industri Tas dan Kopor) Tanggulangin, bermodalkan awal Rp. 135
ribu pada tahun 1976 dan pada tahun 2004 mencapai Rp. 11,2 milayar. Koperasi
yang beranggotakan para perajin tas dan kopor ini pada lima tahun pertama
(1976-1981) terdapat semangat yang tinggi untuk bergabung di dalamnya, sampai
mencapai angka tertinggi 274% pada tahun 1981. Namun pada 5 tahun terakhir
(2000-2005), peningkatan bergabung menjadi anggota terjadi pada tahun 2002 dan
2003 dengan persentase tertinggi 189%. Setelah itu jumlah dan persentase
anggotanya cenderung menurun.
Perkembangan
usaha. Dibandingkan dengan rata-rata perkembangan usaha pada 5 tahun pertama
(1976-1981) dan lima tahun terakhir (2000-2005), maka usaha pada Koperasi
Intako lebih ber-kembang pada lima tahun pertama dengan tingkat perkembangan
tertinggi mencapai 193% pada tahun 1981. Sedangkan pada lima tahun terakhir
peningkatan usaha tertinggi hanya men-capai angka 132% pada tahun 2004. Keuntungan SHU (Sisa Hasil Usaha) pada tiap
tahunnya, yang diperoleh Koperasi Intako pada lima tahun pertama jauh lebih
tinggi dibandingkan pada lima tahun terakhir. Pada lima tahun pertama SHUnya
sampai mencapai angka 60% (1977) dengan rata-rata 18% pada tiap tahunnya.
Sedangkan pada lima tahun terakhir, hanya mencapai angka tertinggi 14% (2000)
dan terus menurun 13% (2001), 10% (2002), 7% (2003 dan 2004). Rata-ratanya pada
lima tahun terakhir juga mencapai angka 8% pada tiap tahunnya.
Pergeseran
produksi ke konsumsi. Dari hasil analisis pada lima tahun terakhir (2000-2005),
kegiatan usaha Koperasi Intako telah mengalami pergeseran usaha dalam
pengertian telah terjadi pengembangan usaha khususnya pada kegiatan perdagangan
(kulakan) dengan angka tertinggi 69,2% pada tahun 2005. Namun pengembangan ini
juga terjadi pada kegiatan produksi dengan jumlah dan persentase yang nyaris
sama—meskipun dengan komposisi pelaku anggota Koperasi Intako yang agak
berbeda.
Adapun
para perajin anggota Koperasi Intako yang terus aktif melakukan kegiatan
perdagangan dan produksi ini adalah perajin pada posisi ekstrim golongan
perajin kecil dan ekstrim pada golongan perajin besar. Golongan perajin kecil
adalah perajin yang beromset antara Rp 1– 25 juta pertahun sedangkan golongan
perajin besar adalah perajin yang beromset lebih dari Rp. 100 juta pertahun.
DAFTAR
PUSTAKA
Adib,
Mohammad. 1999a. ―Profil Industri Tas dan Kopor Tanggulangin pada Masa Krisis:
Benarkah 60% Pengusaha Kulit Berhenti Kerja‖, dalam Surya, halaman 8).
________.
1999b. ―Krisis Moneter : Jaringan Sosial sebagai Strategi Dalam Kegiatan
Industri Tas dan Kopor di Kawasan Intako Jawa Timur Dalam Menghadapi Krisis.‖ Tesis
S2 (Tidak diterbitkan). Program Studi Antropologi Pascasarjana Universitas
Indonesia: Jakarta.
________.
2001a ―Kawasan INTAKO Tanggul-angin: Penggalangan Kekuatan Ekonomi Lokal untuk
Pasar Global‖ (Makalah) disampaikan dalam Simposium Internasional II di
Padang, dengan Thema Globalisasi Dan Kebudayaan Lokal: Suatu Dialektika Menuju
Indonesia Baru. Padang: 18-21 Juli.
-----------------, dkk. 2001b ―Antisipasi UKM
Industri Tas dan Kopor (Intako) Tanggulangin dalam Mengisi Pasar Bebas‖. Laporan
Lokakarya (Tidak diterbitkan). Kerjasama Program Studi Antropologi FISIP
Unair, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Unair, Koperasi Intako, dan
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo: Surabaya.
Balitbangda
Propinsi Jawa Timur. 2000 ―Penelitian Pengusha Kecil yang Berbasis Sumberdaya
Lokal” Laporan Akhir (Tidak diterbitkan). Kerjasama Balitbangda Jawa
Timur dan P-5 Unair : Surabaya.
Bappeda
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur. t.t. Peta Potensi Daerah Tingkat II Se
Jawa Timur. Bappeda : Surabaya.
Gunardi
Dkk. 1998. Usaha Kecil Indonesia: Tantangan Krisis dan Globalisasi. TAFISEI-PERHEPI:
Jakarta.
Kompas.
2000 ―Indonesia Diragukan Siap Hadapi Pasar Bebas 2003.‖ Dalam Kompas, Selasa,
29 Agustus 2000.
Lafontaine, Oscar, Dkk. 2000. Shaping
Globalization : Jawaban Kaum Sosial Demokrat atas Neoliberalisme. (Ter-jemahan:
Dian Prativi dan Fatchul Muin). Jendela: Yogyakarta.
Sulastomo.
2000. Beberapa Langkah Strategis Menghadapi Globalisasi‖, dalam Kompas, Senin,
4 Desember 2000.
Yahya,
Krisnayana. 2001. ―Intako dan Globalisasi: Mendo-rong Tumbuhnya Industri Kelas
Dunia‖. Dalam Laporan Lokakarya (Tidak diterbitkan). Mohammad Adib,
Dkk.. Kerjasama Program Studi Antropologi FISIP Unair, Lembaga Pengabdian
Kepada Masyarakat Unair, Koperasi Intako, dan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo:
Surabaya. Hal. 50-62.
Nama / NPM : Riski Ludvitasari / 26211274
Kelas / Tahun : 2EB09 / 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar