REVIEW 2 :
PROFIL KOPERASI DI ERA
GLOBALISASI: STUDI TENTANG POLA PERGESERAN ORGANISASI PRODUKSI KE KONSUMSI PADA
INDUSTRI TAS DAN KOPOR DI KOPERASI INTAKO TANGGULANGIN SIDOARJO TAHUN 1976-2005
Oleh
:
Mohammad Adib *
* Dosen Departmen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Airlangga
Jl.
Airlangga 4-6 Surabaya Email: hmadib@unair.ac.id
Berisi :
ABSTRACT
This study aims to (i) identify
the production activities of the crafters Intako Tanggulangin Cooperation
members, and (ii) describing the shift that occurred in production and
consumption activities in relation to free-market competition Intako Tanggulangin
globalization in the region in 2005. This research was conducted by survey at
the Cooperation Intako Tanggulangin Sidoarjo. The population is a member of the
Cooperation Intako crafters with a sample of 65 people (17.37%) of 374 members.
Data collected by interview and observation to the respondents the crafters.
Analysis was performed with the behavior and classification on findings made
interpretation of the data and then by giving meaning and significance of the
frequency table. The results are: first, in production activity, compared with
average growth of business in the first 5 years (1976-1981) and the last five
years (2000-2005), efforts to develop more cooperative Intako in the first five
years with the level the highest growth reached 193% in 1981. Whereas in the
past five years the highest business improvement only reached 132% in 2004;
Second, the shift of production to consumption, descript that in the last five
years (2000-2005), Cooperation Intako business has experienced a shift has
occurred in terms of business development efforts especially on trading
activities (Wholesale) with the highest 69.2% in 2005.
Keywords:
internal competition, shifting business
activities, production, and the wholesale.
Pengantar
Penelitian ini membahas tentang pergeseran
kegiatan ekonomi dari para perajin (produsen) tas dan koper di kawasan Intako
Tanggulangin. Pergeseran dalam penelitian ini diartikan sebagai bagian dari
perubahan bentuk kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh para perajin tas dan
kopor di kawasan Intako Tanggulangin di era globalisasi. Indikator pergeseran
itu meliputi: (i) jumlah perajin yang memproduksi barang tas dan kopor;
(ii) jumlah tukang dan pembantunya (kuli) yang bekerja pada para perajin
(produsen); (iii) jumlah barang yang diproduksi oleh para perajin; (iv) cara menghadirkan barang tas dan kopor di kawawan
Intako Tanggulangin. Pergeseran diukur dengan mem-bandingkannya dengan kegiatan
serupa pada kurun lima tahun sampai tahun 2004.
Globalisasi yang telah digagas oleh
negara maju pada awal tahun 1980-an, terus menggelinding. Lebih tegas lagi pada
pasca perang dingin. Perdagangan bebas sebagai salah satu dimensi globalilasi,
telah memberlakukan penerapannya di kawasan ASEAN dengan AFTA pada tahun 2003 dan
diberlakukan di kawasan Asia Pasifik (APEC) pada tahun 2010 untuk
negara-negara maju dan tahun 2020 untuk negara-negara berkembang (Lafontaine,
2000:4; Adib, 2001a). Persiapan waktu dua tahun lagi pelaksanaan di kawasan
ASEAN, telah membawa para pelaku ekonomi untuk bersiap-siap dalam pengisiannya. Sesungguhnya,
globalisasi dengan pasar bebasnya telah semakin terasakan keberadaannya sampai
pada tingkat lokal dan terlihat dengan mata kepala di daerah
kecamatan-kecamatan di Jawa Timur. Tidak terkecuali Kecamatan Tanggulangin yang
dikenal dengan produksi tas, kopor, ikat pinggang, dompet, dan lain-lain.
Keberadaan globalisasi itu ditandai dengan hadirnya produk-produk impor
khususnya produk barang baik yang berasal dari seputar regional propinsi Jawa
Timur dan juga nasional. Bahkan keberadaan barang pada tingkat lokal itu
merupakan produksi barang dari luar negeri seperi Negara Cina, dan Thaiwan.
Kehadiran barang-barang tersebut, ber-langsung secara leluasa, yang nyaris
tanpa pengendalian dan pengkontrolan dari pihak yang berwenang menangani-nya
yakni pemerintah dalam konteks ini Departemen Perdagangan dan Perindustrian RI.
Kondisi tersebut sudah sewajarnya direspons oleh para pelaku ekonomi lokal
dengan kegiatan yang kreatif, produktif, dan inovatif. Namun dalam
kenyataannya, di luar kewajaran, disisi kegiatan produksi, kemampuan untuk
menyediakan barang yang diproduksi sendiri terlihat semakin turun presentasenya
pada lima tahun terakhir.
Sementara ketatnya kompetisi yang
terjadi pada tingkat internal usaha industri di kawasan Intako, terdapat lebih
kurang separuh dari industri dan per-dagangan itu yang telah berhenti (ambruk).
Kondisi demikian, diperburuk dengan telah dibangunnya pusat-pusat perdagangan
tas dan kopor di Tanggulangin pada tiga tahun terakhir. Ironisnya
pembangunannya sendiri merupakan bagian dari kebijakan pemerintah. Peluang
usaha yang luas di Kawasan Tanggulangin dan didukung oleh brand image yang
kuat, terasa tragis, karena pada perkembangannya, barang-barang yang dipasarkan
di dalamnya mencapai jumlah 70% merupakan barang produksi dari luar
Tanggulangin. Dengan kata lain, omset yang mencapai puluhan milyar perbulannya,
hanyalah didukung oleh kekuatan 30% dari barang-barang yang diproduksi oleh
perajin Tanggulangin. Kondisi tersebut diperparah dengan semakin menurunnya
gairah dari para perajin lokal untuk melaksanakan kegiatan produksi barang tas
dan kopor.
Masalah yang dibahas dalam penelitian
ini adalah (i) bagaimana profil perajin anggota Koperasi Intako di kawasan
Tanggulangin tahun 1976-2004? (ii) Bagaimanakah gambaran perkembangan yang
terjadi pada kegiatan produksi distribusi di kawasan Intako Tanggulangin? dan
(iii) Bagaimanakan pergeseran yang terjadi dalam kegiatan produksi ke kegiatan
konsumsi di kawasan Intako Tanggulangin? Studi pustaka dalam penelitian ini
diperoleh gambaran bahwa sebagai suatu kawasan yang memproduksi dan me-masarkan
berbagai produk tas dan kopor serta perlengkapan lainnya, Tanggulangin, telah
menampung tenaga kerja sampai 6000 orang dan mampu mensuplai sampai 70.000 unit
barang pada setiap bulannya. Di kawasan itu terdapat showroom sejumlah 325
unit, yang memasarkan barang-barang kerajinan Tas dan Kopor yang pada setiap
bulannya dapat mencapai omset penjualan sampai Rp. 5 milyar (Adib, 2001b:29).
Profil industri tas dan kopor Tanggulangin sampai pada bulan Maret 1999
diklasifikasi berdasarkan pengusaha yang memproduksi barang berbagai tas dan
atau kopor dari bahan kulit adalah sebagai berikut. Mitra Jaya jumlah
karyawan—di bidang produksi termasuk
tukang dan pembantunya, serta
pemasaran—300 orang dengan kapasitas produksi 10.000 barang jadi perbulan. CV.
Maju makmur, hampir sejumlah itu juga; MCH, jumlah karyawan sekitar 250 orang
dan berkapasitas produksi 8.000 barang/bulan; Citra Mulya Perkasa, jumlah
karyawan 50 orang dengan kapasitas produksi 1.500 barang/bulan, Blawong Jaya
jumlah karyawan 40 orang dengan produksi 1250 barang/bulan; Deltoni jumlah
karyawan 30 orang dengan produksi 1000 barang/ bulan (Adib, 1999a:8).
BAHAN
DAN CARA KERJA
Penelitian
dekriptif ini dilaksanakan di Koperasi Intako Desa Kedensari dan Kludan
Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoardjo. Berdasarkan data dari Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur,
Tanggulangin—yang memproduksi Tas dan Kopor—merupakan salah satu dari empat
produksi barang dagangan dan menjadi potensi di Kabupaten Sidoarjo. Kedua desa
tersebut merupakan umumnya bertempat tinggal para perajin anggota Koperasi
Intako Tanggulanngin. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan
observasi. Wawancara dilakukan kepada para perajin yang tergabung sebagai
anggota Koperasi Intako dengan menggunakan panduan wawancara dan atau
kuesionar. Kuesioner dimintakan untuk mengisi kepada 65 orang (17.37%) dari 374
orang anggota Koperasi Intako, sebagai responden. Sedangkan wawancara mendalam
dilaku-kan kepada anggota koperasi yang melaksanakan kegiatan produksi.
Diwawawancarai juga secara mendalam informan yang terdiri dari para tokoh
masyarakat perajin terutama yang masih melakukan kegiatan produksi di lokasi
penelitian. Adapun kegiatan observasi dilakukan kepada para produsen (perajin)
yang melakukan kegiatan produksi barang-barang tas, koper, dompet, ikat
pinggang dan lain-lain di kawasan Intako.
Kegiatan
observasi ini dilakukan untuk melakukan pengamatan langsung tentang tempat
kegiatan, jumlah personalia, jenis-jenis barang yang diproduksi, peralatan
produksi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan produksi. Teknik
analisis dan interpretasi data dilakukan dengan memilih atau menyeleksi
informasi yang dilakukan dengan cara melakukan pengecekan ulang serta
pengecekan silang atas informasi yang diperoleh dari informan, sehingga
diperoleh data yang dapat akurat. Data yang terkumpul diorganisasikan ke dalam
kategorisasi-kategorisasi dalam bentuk tabel frekuensi yang menjadi
bagian-bagian dasar deskripsi. Kegiatan
analisis dilakukan dengan cara mengkatagorisasikan, mengklasifikasikan data
dari hasil observasi dan wawancara. Hasilnya kemudian ditampilkan dalam bentuk
tabel frekuensi dan persentase. Kegiatan
interpretasi dilakukan dengan cara (i) memberi pemaknaan dan nilai penting dari
tabel dan atau data yang ditampilkan tersebut; (ii) menjelaskan
kategori-kategori data secara deskriptif; serta (iii) memperhatikan hubungan di
antara data tersebut.
Nama / NPM : Riski Ludvitasari / 26211274
Kelas / Tahun : 2EB09 / 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar