Jumat, 28 Desember 2012

Riview Jurnal Ekonomi Koperasi (5)


REVIEW 5 :
Bab III Hasil Analisis dan Pembahasan,

Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan, Daftar Pustaka


KINERJA KOPERASI UNIT DESA DI PROVINSI BALI:
PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODEL

Oleh :
MADE ANTARA1) dan ANDERSON GUNTUR KOMENAUNG2)
1)Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Email: antaradps@telkom.net
2)Fakultas Ekonomi/MEP Universitas Sam Ratulangi, Manado

Berisi :
BAB III
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Koperasi Unit Desa di Provinsi Bali
Dalam usaha memberdayakan Koperasi Unit Desa di Provinsi Bali, maka terlebih dahulu harus diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Koperasi Unit Desa (KUD). Intervensi pemerintah dalam bentuk program aksi pada faktorfaktor yang berpengaruh, misal penguatan permodalan, bantuan pelatihan manajemen, bantuan pemasaran, dll, maka akan mampu meningkatkan kemampuan atau kinerja KUD.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja Koperasi Unit Desa di Provinsi Bali digunakan metode analisis Structural Equation Model (SEM) dengan bantuan program AMOS 4.0, dengan melalui tujuh langkah seperti disinggung sebelumnya.

Langkah 1: Mengembangan Sebuah Model Berbasis Teori

Model yang dibangun mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja KUD di Provinsi Bali didasarkan atas teori bidang keuangan yang telah umum dipraktekan dalam manajemen perusahaan modern (lihat teori-teori kuangan antara lain: Alwi, 1994; Baridwan, 1992; Djarwanto. 1989; Hanafi dan Halim Abdul.1996; Husnan, 1988; Sawir, 2003; dan Setyaningsih. 1996) seperti disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Bangun Model Teoritik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Koperasi Unit Desa di Provinsi Bali
 





Langkah 2: Menyusun Path Diagram untuk Menyatakan Hubungan Kausalitas
Setelah model berbasis teori dikembangkan, selanjutnya disusun sebuah path diagram yang menyatakan hubungan kausalitas antara faktor seperti disajikan pada Gambar 2.



Langkah 3:      Menterjemahkan Path Diagram ke dalam Persamaan-Persamaan Struktural dan Spesifikasi Model Pengukuran

Setelah model dikembangkan dan digambar dalam sebuah path diagram,
selanjutnya diterjemahkan ke dalam rangkaian persamaan seperti di bawah ini.
1.      Persamaan struktural
Kinerja KUD = δ1internal + δ2 eksternal + e35
2.      Persamaan spesifikasi model pengukuran
1. Internal= λ1peran serta anggota + e50
2. Internal= λ2manajemen + e51
3. Internal= λ3aktivitas + e52
4. Internal= λ4SDM + e53
5. Internal= λ5Solvabilitas + e54
6.  Internal= λ6likuiditas + e55
7. Eksternal = λ7suku bunga + e46
8. Eksternal = λ8 inflasi + e47
9. Eksternal = λ9 frekuensi pembinaan + e48
10. Solvabilitas = λ10RH + e7
11. Solvabilitas = λ11RHE + e28
12. Solvabilitas = λ12RHJPE + e27
13. Likuiditas = λ13RL + e4
14. Likuiditas = λ14RC + e3
15. Likuiditas = λ15RK + e5
16. Aktivitas = λ16PP + e29
17. Aktivitas = λ17PMK + e23
18. Aktivitas = λ18PRrP + e24
19. Sumber daya manusia = λ19JK+ e41
20. Sumber daya manusia = λ20TK+ e40
21. Sumber daya manusia = λ21FP+ e39
22. Manajemen = λ22perencanaan + e42
23. Manajemen = λ23organisasi + e43
24. Manajemen = λ24pelaksanaan + e44
25. Manajemen = λ25pengawasan + e45
26. Peran serta anggota = λ26pelunasan simpanan koperasi + e38
27. Peran serta anggota = λ27frekuensi mengikuti rapat + e37
28. Peran serta anggota = λ28pengetahuan tentang koperasi + e36
29. Peran serta anggota= λ29lamanya pengguna jasa koperasi + e49
30. Kinerja KUD = λ30kemajuan KUD + e2
31. Kinerja KUD = λ31pelayanan KUD + e3
32. Kinerja KUD = λ32Return on assets + e1
Keterangan :
RL = Rasio Lancar
RC = Rasio Cepat
RK = Rasio Kas
RH = Rasio Hutang
RHE = Rasio Hutang terhadap Ekuitas
RHJPE = Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas
PP = Perputaran Persediaan
PMK = Pperputaran Modal Kerja
PRrP = Penagihan Rata-rata Piutang
SDM = Sumber Daya Manusia
JK = Jumlah Karyawan
TK = Tingkat Pendidikan
FP = Frekuensi Pelatihan)
ROA = Rreturn On Assets

Langkah 4 : Memilih Matrik Input dan Model/Teknik Estimasi
Pada tahapan ini adalah memilih jenis input (kovarian atau korelasi) yang sesuai untuk pengujian hubungan kausalitas, dan matriks kovarian lebih sesuai sebagai input untuk operasi SEM. Sedangkan metode estimasi yang digunakan adalah maximum likelihood estimation method yang telah menjadi default dari program AMOS 4.0. Estimasi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1.      Estimasi Measurement model dengan teknik Confirmatory Factor Analysis untuk menguji unidemensionalitas dari kostruk-konstruk yang dibangun.
2.      Estimasi melalui SEM dengan analisis Full Model untuk melihat kesesuaian model dengan hubungan kausalitas yang dibangun dalam model yang diuji. Dari hasil tahap Estimasi Measurement model dengan teknik Confirmatory Factor Analysis dilihat bahwa masing-masing variabel dapat digunakan untuk mendefinisikan sebuah konstruk laten, maka sebuah Full Model SEM dapat dianalisis.

Langkah 5: Menilai Kemungkinan Munculnya Problem Identifikasi
Dalam operasi AMOS 4.0, problem identifikasi akan diatasi langsung oleh program. Bila estimasi tidak dapat dilakukan, maka program akan memberikan pesan pada monitor komputer mengenai kemungkinan sebab-sebab mengapa program tidak dapat melakukan estimasi, sehingga diperlukan tindakan perbaikan model dan path diagram. Tampilan di monitor mengisyaratkan bahwa tidak ada problem dalam identifikasi, sehingga langkah berikutnya dapat dilanjutkan.

Langkah 6: Evaluasi Kriteria Goodness of Fit
Pada langkah ini kesesuaian model (Goodness of Fit) dievaluasi mengggunakan berbagai kriteria berupa seperangkat asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data menggunakan pemodelan SEM, yaitu:
1.      Ukuran Sampel
Persyaratan model SEM untuk ukuran sampel minimum 100 unit dan lima  observasi untuk setiap estimasi parameter, dan jika tidak terpenuhi maka program tidak bisa dilanjutkan. Pada penelitian ini sampel sebanyak 114 unit, sehingga proses dapat dilanjutkan.

2.      Uji Normalitas Data
Uji normalitas univariat dan multivariat data pada AMOS 4.0, menggunakan kriteria Critical Ratio (CR) sebesar ± 2.58 pada tingkat signifikasi 0.01 (1%). Hasil uji menunjukkan bahwa tidak ada nilai pada kolom CR yang lebih besar dari pada ± 2,58, sehingga dapat dinyatakan data menyebar secara normal.



3.      Uji atas Outliers
Uji atas outliers univariat dan outliers multivariat disajikan sebagai berikut.
Outliers Univariat
Menggunakan dasar observasi-observasi yang mempunyai z-score≥ 3.0 (Hair dkk, dalam Ferdinand, 2000) dikategorikan sebagai outliers. Hasil analisis menunjukan bahwa data yang digunakan dalam analisis bebas dari outliers univariat,karena tidak ada variabel yang mempunyai z-score di atas angka batas tersebut.
Outliers Multivariate
Uji Mahalanobis distance pada tingkat signifikan 0,001 menunjukkan bahwa tidak ada outliers multivariate.
4.      Uji Multicollinearitas dan Singularitas
Menggunakan AMOS 4.0, determinan dari matriks kovarians sampel adalah sebesar 9.6602e-011 yang tidak sama dengan nol. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat Multicollinearitas atau Singularitas, sehingga data layak digunakan.
5.      Pengujian Model
Pengujian model dimaksudkan untuk memberikan klarifikasi apakah model yang berbasis teori dapat diterima atau perlu modifikasi atau dispesifikasi kembali. Pengujian dilakukan dengan menguji nilai standardized residual matrix. Jika ada nilai residual lebih besar dari 2,58 (Hair et al, Joreskog, dalam Ferdinand, 2000), berarti model perlu dimodifikasi atau spesifikasi kembali. Hasil pengujian terhadap variabelvariabel dalam model yang telah diestimasi menunjukkan bahwa tidak ada residual standard lebih besar dari 2,58, yang berarti model dapat diterima dan tidak perlu dilakukan modifikasi.
6.      Uji atas Kriteria Goodness of Fit
Confirmatory Factor Analysis adalah pengujian unidimensionalitas dari dimensi-dimensi yang menjelaskan faktor laten yang dimasukan dalam model. Hasil pengujian menunjukkan bahwa indeks-indeks pengujian yaitu: RMSEA sebesar 0.05(0.05≤0,08), CMIN/DF sebesar 1.34 (1.34≤ 2,00), TLI sebesar 0.95 (0.95≥0,95), CFIsebesar 0.96 (0.96≥0,95)(tabel 3), yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan antara matriks kovarians sampel dan matriks kovarians populasi yang diestimasi. Oleh karena itu model dapat diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat faktor internal dan faktor ekstenal, dimana faktor internal dibentuk olek faktor peran serta anggota, manajemen, SDM, Likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas yang berbeda dengan dimensi-dimensinya.

Konstruk-konstruk yang dibangun dalam diagram jalur (path diagram) dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu konstruk eksogen dan konstruk endogen. Konstruk eksogen diperlakukan sebagai variabel eksogen yang tidak diprediksi oleh variabel lain tetapi akan digunakan untuk memprediksi satu atau beberapa variabel endogen yang lain dalam model. Dalam model, konstruk eksogen adalah peran serta anggota, manajemen, sumber daya manusia, aktivitas, solvabilitas dan likuiditas membentuk konstruk eksogen internal, serta konstruk eksogen eksternal yang akan diperlakukan sebagai variabel eksogen. Kedua variabel ini terdapat garis lengkung dengan anak panah pada msing-masing ujungnya. Garis lengkung ini tidak menjelaskan sebuah kausalitas melainkan untuk mengindikasikan adanya korelasi. Dengan garis lengkung itu dapat diamati berapa kuatnya tingkat korelasi antara kedua konstruk yang akan digunakan untuk analisis lebih lanjut. Konstruk endogen adalah konstruk yang diprediksi oleh variabel eksogen. Dalam model, konstruk endogen adalah kinerja kuangan yang diprediksi oleh variabel eksogen.

7.      Evaluasi atas Regression Weight untuk Uji Kausalitas
Evaluasi atas Regression Weight untuk kausalitas menggunakan nilai CR. Hasil pengujian seperti disajikan pada tabel 4 menunjukkan bahwa semua koefisien regresi secara signifikan tidak sama dengan nol, karena itu hipotesis nol bahwa regression weight adalah sama dengan nol ditolak, dan menerima hipotesis alternatif bahwa masing-masing indikator memiliki hubungan kausalitas dengan kinerja, yang berarti model dapat diterima.




Dari diagram jalur yang dihasilkan seperti gambar 3 dan tabel 4 dapat
dikonversi kedalam dua persamaan, yaitu:
1.      Persamaan struktural
Kinerja KUD = 0.42 internal + 0,69 eksternal + 0,5

2.      Persamaan spesifikasi model pengukuran
1.      Internal= 1.00 peran serta anggota + 0,05
2.      Internal= 0.89 manajemen + 0,50
3.      Internal= -0.97 aktivitas + 0,50
4.       Internal= 1.00 SDM + 0,40
5.      Internal= -0.60 Solvabilitas + 0,50
6.      Internal= 0.07 likuiditas + 0,05
7.      Eksternal = 0.89 suku bunga + 0.11
8.      Eksternal = 0.69 frekuensi pembinaan + 0.30
9.      Eksternal = 0.70 inflasi + 0.27
10. Solvabilitas = 0,09 RH + 0,91
11. Solvabilitas = 0,46 RHE +2,49
12. Solvabilitas = 0,20 RHJPE +0,83
13. Likuiditas = 0,01 RL + 4,44
14. Likuiditas = 0,91 RC + 0,50
15. Likuiditas = 0,03 RK + 1,48
16. Aktivitas = 0,07 PP + 0,41
17. Aktivitas = 0,04 PMK + 2,22
18. Aktivitas = 0,32PRrP + 0,74
19. Sumber daya manusia =0.92 JK+ 0.08
20. Sumber daya manusia = 0.69TK+ 0.32
21. Sumber daya manusia = 0.87FP+ 0.13
22. Manajemen = 0.85 perencanaan + 0.15
23. Manajemen = 0.73 organisasi + 0.30
24. Manajemen = 0.84 pelaksanaan + 0.17
25. Manajemen = 0.74 pengawasan + 0.29
26. Peran serta anggota = 0.77pelunasan simpanan koperasi + 0.23
27. Peran serta anggota = 0.79 frekuensi mengikuti rapat + 0.22
28. Peran serta anggota = 0.90 pengetahuan tentang koperasi + 0.10
29. Peran serta anggota= 0.87 lamanya pengguna jasa koperasi + 0.13
30. Kinerja KUD = 0.00 kemajuan KUD + 0.18
31. Kinerja KUD = 0.70 pelayanan KUD +0.50
32. Kinerja KUD = 0.01 Return on assets +1.30

Keterangan :
RL = Rasio Lancar
RC = Rasio Cepat
RK = Rasio Kas
RH = Rasio Hutang
RHE = Rasio Hutang terhadap Ekuitas
RHJPE = Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas
PP = Perputaran Persediaan
PMK = Pperputaran Modal Kerja
PRrP = Penagihan Rata-rata Piutang
SDM = Sumber Daya Manusia
JK = Jumlah Karyawan
TK = Tingkat Pendidikan
FP = Frekuensi Pelatihan)
ROA = Rreturn On Assets

Kekuatan dimensi-dimensi yang membentuk faktor laten dapat diuji menggunakan Critical Ratio (CR) terhadap regression weight yang dihasilkan oleh model. CR identik dengan thitung dalam analisis regresi. CR yang lebih besar dari 2.0 (Ferdinand, 2000) menunjukkan bahwa variabel-variabel itu secara signifikan merupakan dimensi dari faktor laten yang dibentuk.

Langkah 7: Interpretasi dan Modifikasi Model
Langkah terakhir adalah menginterpretasikan dan memodifikasi model jika model tidak memenuhi kriteria pengujian. Hasil pengujian model menunjukkan bahwa model tidak perlu dimodifikasi lagi, selanjutnya adalah menginterpretasikan hasil pengujian koefisien indikator. Pengujian indikator faktor internal ditentukan oleh peran serta anggota sebesar 1,00, sumber daya manusia (SDM) sebesar 1,00, aktivitas sebesar 0.97, manajemen sebesar 0,89, solvabilitas sebesar -0,60 dan likuiditas sebesar 0,07, di mana peran serta anggota nilai CR = 8,96 > 2,0 atau p=0,00 adalah signifikan, SDM nilai CR = 8,61 > 2,0 atau p=0,00 adalah signifikan, dan aktivitas nilai CR = 3,99 > 2,0 atau p=0,00 adalah signifikan. Pengujian indikator faktor peran serta anggota ditentukan oleh X2.3 = pengetahuan tentang kegiatan koperasi (pemilihan pengurus) sebesar 0.90, X2.4 = lamanya pengguna jasa KUD sebesar 0,87 X2.2= frekuensi mengikuti rapat-rapat koperasi sebesar 0,79, X2.1= pelunasan simpanan wajib dan pokok sebesar 0,77; di mana lamanya telah menjadi anggota koperasi, nilai CR = 17,31 > 2,0 atau p=0,00 adalah signifikan dan Frekuensi mengikuti rapat-rapat koperasi nilai CR = 14,19 > 2,0 atau p=0,00 adalah signifikan. Pengujian indikator faktor eksternal X7.1= suku bunga sebesar 0,89, X7.3= frekuensi pembinaan sebesar 0,70 , dan X7.2= Inflasi sebesar 0,69, dimana suku bunga nilai CR = 10,35 > 2,0 atau p=0,00 adalah signifikan dan Inflasi nilai CR = 9,88 > 2,0 atau p=0,00 adalah signifikan. Pengujian indikator faktor solvabilitas ditentukan oleh X4.2= Rasio Hutang terhadap Ekuitas (RHE) 0,46, X4.3= Rasio hutang jk panjang terhadap ekuitas (RHJPE) 0,20, X4.1= Rasio Hutang (RH) 0,09. Pengujian indikator faktoraktivitas ditentukan oleh X5.3= Rasio perputaran rata-rata piutang (PRrP) sebesar 0,32, X5.1= rasio perputaran persediaan (PP) sebesar 0,07, X5.2= rasio perputaran modal kerja (PMK) sebesar 0,04. Pengujian indikator faktor sumber daya manusia ditentukan oleh X6.1= Jumlah karyawan sebesar 0,92, X6.3= Frekuensi pelatihan sebesar 0,87, X6.2= tingkat pendidikan sebesar 0,69, di mana jumlah karyawan nilai  CR = 11,13 > 2,0 atau p=0,00 adalah signifikan dan frekuensi pelatihan nilai CR = 9,89> 2,0 atau p=0,00 adalah signifikan. Pengujian indikator faktor manajemen ditentukan oleh X1.1= perencanaan sebesar 0,85, X1.3= pelaksanaan sebesar 0,84, X1.4= pengawasan sebesar 0,74, X1.2= organisasi sebesar 0,73, di mana perencanaan nilai CR = 9,96 > 2,0 atau p=0,00 adalah signifikan. Pelaksanaan nilai CR = 9,96 > 2,0 atau p=0,00 adalah signifikan, pengawasan nilai CR = 8,93 > 2,0 atau p=0,00 adalah signifikan, dan organisasi nilai CR = 9,01 > 2,0 atau p=0,00 adalah signifikan. Pengujian indikator faktor likuiditas ditentukan oleh X3.2= rasio cepat (RC) sebesar 0,91, X3.3= rasio kas (RK), sebesar 0,03, X3.1= rasio lancar (RL) sebesar 0,01, di mana rasio cepat (RC) nilai CR = 12,69 > 2,0 atau p=0,00 adalah signifikan, serta pengujian indikator faktor kinerja KUD ditentukan oleh Y1.2 = kemajuan KUD (rasio Sisa Hasil Usaha = SHU terhadap modal koperasi) sebesar 0,70, Y1.3 = pelayanan KUD (rasio jumlah modal yang disediakan koperasi terhadap total modal lancar anggota sebesar 0,06 Y1.1 = return on assets sebesar 0,01.           
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh yang dibentuk oleh faktor internal, yakni faktor peran serta anggota, aktivitas dan sumber daya manusia serta faktor eksternal terhadap kinerja KUD. Ini dapat diinterpretasikan bahwa peran serta anggota merupakan faktor penentu terhadap kinerja KUD di Provinsi Bali. Berarti pada setiap kegiatan pengelola harus melibatkan anggota secara aktif jika ingin KUD berhasil, seperti membuat perencanaan, meningkatkan modal koperasi dengan cara meningkatkan partisipasi anggota dalam proses pemupukan modal, dll. Pada dasarnya orang masuk suatu badan usaha dengan tujuan mendapatkan manfaat. Pengurus KUD harus menunjukkan manfaat masuk KUD kepada para anggota dan masyarakat dengan melakukan tindakan nyata seperti merealisasikan pembagian SHU pada saat RAT dan menunjukkan distribusi SHU ke simpanan sukarela sesuai dengan aktivitas yang telah dilakukan kepada KUD. Faktor aktivitas berupa perputaran modal kerja merupakan faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas manajemen KUD di Provinsi Bali dalam mencetak nilai penjualan dengan mengunakan modal kerja serta mengubah penjualan itu menjadi keuntungan. Karenanya periode perputaran modal kerja dimulai dari saat di mana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat di mana kembali lagi menjadi kas.Namun perlu diingat bahwa makin pendek periode perputaran modal kerja berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Sebaliknya makin panjang periode perputaran modal kerja berarti makin lambat perputarannya atau
makin rendah tingkat perputarannya sehingga dapat menurunkan keuntungan.
Rasio perputaran rata-rata piutang (PRrP) menunjukkan cepat lambatnya piutang dapat ditagih, di mana kondisi aktual di KUD masih banyak piutang usaha karena terlalu lama pelunasannya seperti tagihan rekening listrik di beberapa KUD yang mana pembayaran listrik ditalangi oleh KUD. Piutang Kredit usaha tani/kredit ketahanan pangan mengakibatkan lamanya aktiva mengendap pada piutang usaha yang memperlambat berputaran modal kerja pad akhirnya menurunkan memperoleh keuntungan pada suatu periode tertentu. Hal ini akan mempunyai dampak terhadap efektivitas manajemen KUD di Provinsi Bali dalam mencetak nilai penjualan dengan mengunakan total modal kerja, serta mengubah penjualan itu menjadi keuntungan. KUD di Provinsi Bali efektif mencetak nilai penjualan dengan mengunakan total modal kerja, serta mengubah penjualan itu menjadi keuntungan, jika cepatnya periode perputaran modal kerja akan meningkatkan keuntungan. Sebaliknya kurang efektif mencetak nilai penjualan dengan mengunakan total modal kerja, serta mengubah penjualan itu menjadi keuntungan, jika lambat periode perputaran modal kerja dan rendahnya keuntungan. Dengan kata lain efektif tidaknya KUD di Provinsi Bali mengunakan total modal kerja perusahaan untuk memperoleh keuntungan sangat tergantung pada faktor cepat atau lambatnya periode perputaran modal kerja. Kualitas sumber daya manusia KUD meliputi manajer, pengawas, dan karyawan merupakan faktor penentu keberhasilan KUD. Makin tinggi kualitas SDM KUD, maka kemungkinan berhasil makin tinggi, berarti kinerja KUD akan semakin bagus. Namun kualias SDM KUD di Bali belum sesuai dengan harapan, karena sulitnya mendapatkan karyawan yang suka bekerja untuk KUD dengan ”upah/gaji” yang wajar. Pendidikan yang relatif rendah juga menyebabkan sulitnya mendidik mereka untuk mampu memahami persoalan-persoalan tataniaga serta memperhitungkan kondisi-kondisi daerah kerjanya.
Faktor eksternal sebagai penentu kinerja KUD dapat dijelaskan bahwa frekuensi pembinaan oleh pihak terkait belum optimal dan pembinaan tidak dilakukandalam satu atap, sehingga menyebabkan pengelola KUD sering mengalami kelambatan dalam mengambil keputusan mengimplementasikan rencana yang telah diputuskan. Di samping itu tingkat suku bunga juga menentukan kinerja KUD. Makin tinggi suku bunga, penggunaan modal luar (asing) oleh KUD makin rendah, selanjutnya menurunkan aktivitas KUD, dan pada akhirnya akan menurunkan kinerja KUD.

3.2         Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total dari Indikator-Indikator Konstruk Terhadap Kinerja Koperasi Unit Desa di Provinsi Bali
Pengaruh langsung, Tidak Langsung dan Total dari masing-masing indikator atau variabel ditunjukan oleh loading factor dari masing-masing indikator yang membentuk variabel laten. Pengujian model yang dikembangkan menunjukkan bahwa kinerja KUD dipengaruhi langsung oleh faktor internal sebesar 0,42, dan faktor eksternal sebesar 0,69 serta tidak ada pengaruh tidak langsung baik dari faktor internal maupun faktor eksternal, sehingga kinerja KUD dipengaruhi oleh faktor internal secara total sebesar nilai pengaruh langsung faktor internal, demikian juga untuk faktor eksternal (tabel 6 dan 7).

Tabel 6. Pengaruh Total dari Indikator Konstruk terhadap Kinerja
Koperasi Unit Desa di Provinsi Bali
 
 
 









Pengaruh tidak langsung faktor Internal terhadap pelayanan KUD (Y1.3) melalui kinerja KUD sebesar 0,02 dan pengaruh tidak langsung dari Internal terhadap kemajuan KUD (Y1.2) melalui kinerja KUD sebesar 0,29; Demikian juga pengaruh tidak langsung dari eksternal terhadap pelayanan KUD (Y1.3) melalui kinerja KUD sebesar 0,04 dan pengaruh tidak langsung dari eksternal terhadap kemajuan KUD (Y1.2) melalui kinerja KUD sebesar 0,49 serta tidak ada pengaruh langsung baik dari faktor internal maupun faktor eksternal, sehingga pengaruh total baik faktor internal maupun faktor eksternal terhadap pelayanan KUD (Y1.3) dan kemajuan KUD (Y1.2) melalui kinerja KUD sebesar nilai pengaruh tidak langsung baik faktor internal maupun faktor eksternal. Pengaruh tak langsung dari variabel lainnya adalah loadingfactor dari masing variabel atau indikator yang membentuk variabel laten (tabel 6 dan 7).
Tabel 7. Pengaruh Tidak Langsung dari Indikator Konstruk terhadap Kinerja
Koperasi Unit Desa di Provinsi Bali
 

Hasil loading factor pengaruh total dari variabel diuji dengan taraf signifikan 5%, yaitu: nilai pengaruh total dari internal terhadap kinerja KUD sebesar 0,42 > 0,21 adalah signifikan, nilai pengaruh total dari eksternal terhadap kinerja KUD sebesar 0,69 > 0,21 adalah signifikan, nilai pengaruh total dari internal terhadap kemampuan KUD (Y1.2) sebesar 0,29 > 0,21 adalah signifikan, nilai pengaruh total dari eksternal terhadap kemampuan KUD (Y1.2) sebesar 0,49 > 0,21 adalah signifikan, dan nilai pengaruh total dari internal terhadap pelayanan KUD (Y1.3) sebesar 0,02 < 0,21 adalah tidak signifikan, serta nilai pengaruh total dari eksternal terhadap pelayanan KUD (Y1.3) sebesar 0,04 < 0,21 adalah tidak signifikan. Nilai pengaruh total dari kinerja KUD (Y1) terhadap kemampuan KUD (Y1.2) sebesar 0,70 > 0,21 adalah signifikan, sedangkan nilai pengaruh total dari kinerja KUD (Y1) terhadap pelayanan KUD (Y1.3) sebesar 0,06 < 0,21 adalah tidak signifikan (tabel 6). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator internal mempunyai pengaruh total signifikan dalam menentukan kinerja KUD dari pengaruh langsung saja. Ini dapat dijelaskan indikator internal yakni peran serta anggota, sumber daya manusia, dan aktivitas berarti KUD di Provinsi Bali dituntut meningkatkan keaktifan para anggota KUD dalam hal perencanaan rencana kerja KUD, menggunakan jasa dan produk KUD. Sumber daya manusia sebagai pengelola KUD perlu ditingkatkan kemampuan manajerial, kemampuan kewirausahaan, kemampuan penguasaan sistem infomasi manajemen, dengan program pembinaan dan pelatihan oleh pihak terkait (Dinas Koperasi dan UKM, Lembaga pendidikan Tinggi). Dalam kaitannya dengan aktivitas perputaran persediaan, perputaran rata-rata piutang dan perputaran modal kerja, KUD di Provinsi Bali dituntut menerapkan manajemen modal kerja,diperlukan pengambilan keputusan strategi dan invesatasi yang tepat terhadap aktiva modal, misalnya kas merupakan salah satu modal kerja yang paling tinggi tingkat
likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di KUD di Provinsi Bali berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa KUD di Provinsi Bali mempunyai resiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansiilnya. Tetapi ini tidak berarti bahwa KUD di Provinsi Bali harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas (kas dan bank) yang sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyaknya uang kas yang menganggur sehingga akan memperkecil SHU (sisa hasil usaha). Piutang sebagai elemen daripada modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja dalam piutang adalah tergantung kepada syarat pembayarannya. Makin lunak atau makin lama syarat pembayaran, berarti makin lama modal kerja terikat dalam piutang yang menunjukkan bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah, berarti cara pengumpulan piutangnya kurang efisien. Persediaan barang sebagai elemen utama daripada modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Demikian juga investasi dalam aktiva-aktiva lainnya, penentuan besar alokasi modal kerja dalam persediaan barang merupakan masalah yang penting bagi KUD di Provinsi Bali, karena investasi dalam persediaan barang yang terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan akan memperbesar beban bunga, biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, kerusakan, turunya kualitas semuanya ini berpengaruh langsung memperkecil SHU. Sebaliknya adanya investasi dalam persediaan barang yang terlalu kecil juga berpengaruh langsung memperkecil penjualan atau SHU, karena tidak dapat beroperasi secara optimal. Oleh karena ada pengaruh langsung antara peningkatan penjualan dengan kebutuhan untuk membiayai aktiva lancar. Maka peningkatan penjualan akan membutuhkan tambahan persediaan dan mungkin juga tambahan kas, sehingga adanya peningkatan penjualan mampu meningkatnya SHU kotor, SHU operasi, SHU sebelum bunga dan pajak, dan SHU bersih. Dengan meningkatnya SHU tersebut relatif lebih besar dari pada penjualan dan total aktiva maka meningkatnya profitabilitas. Dengan kata lain tinggi rendahnya tingkat SHU KUD di Provinsi Bali dari investasi yang dilakukan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya marjin SHU bersih dan perputaran total aktiva. Apabila KUD di Provinsi Bali pada suatu periode telah mencapai perputaran total aktiva sesuai dengan standar atau target, maka perhatian manajemen dapat dicurahkan pada usaha peningkatan efisiensi di sektor penjualan. Sebaliknya apabila marjin SHU bersih telah mencapai target atau standar, maka perhatian manajemen dapat dicurahkan untuk perbaikan kebijaksanaan investasi baik dalam modal kerja maupun dalam aktiva tetap. Rendahnya perputaran modal kerja sebagai akibat dari pengaruh kesalahan dalam politik pengadaan persediaan, sehingga jumlah persediaan terlalu banyak yang berpengaruh terhadap biaya penyimpanan yang besar, kesalahan dalam politik penjualan kreditnya di mana banyak piutang yang belum dapat ditagih. Kebijakan investasi aktiva tetap tidak tepat berakibat terhambatnya operasional KUD karena banyak modal kerja digunakan untuk membiayai investasi aktiva tetap. Faktor eksternal mempunyai pengaruh total signifikan yang disebabkan pengaruh langsung saja terhadap kinerja KUD ini dapat dijelaskan bahwa kesuksesan KUD belum dapat dilepaskan dari keberpihakan pihak terkait terutama dalam pembinaan. Dalam pembinaan KUD perlu ditingkatkan yang diarahkan pada peningkatan kemampuan KUD dan anggota KUD dalam mengelola organisasi KUD, menghimpun dan mengarahkan dana untuk modal KUD, menjalankan usaha serta menyelenggarakan pengawasan terhadap KUD. Oleh karena permasalahan yangmenyangkut kelembagaan koperasi bahwa masih berlaku proses pembentukan alatkelengkapan organisasi KUD (pengurus, badan pengawas, dan manajer) yang belum sepenuhnya berdasarkan pada asas dan sendi dasar koperasi, sehingga alat kelengkapan tersebut belum sepenuhnya berfungsi sebagaimana mestinya, sering timbul hubungan yang kurang serasi antara pengurus, badan pengawas, manajer dan anggota KUD. Sistem perencanaan usaha KUD masih belum berkembang mengingat masih terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan para manajer KUD, sistem informasi manajemen KUD masih belum berkembang, sehingga pengambilan keputusan kurang didukung oleh informasi yang benar-benar lengkap dan andal. Pengambilan keputusan dalam kegiatan usaha KUD belum sepenuhnya didasari oleh asas manajemen terbuka, efisiensi, efektivitas dan kepentingan anggota, KUD belum dapat memanfaatkan berbagai kemajuan teknologi yang mungkin dapat diterapkan, sistem pengawasan KUD masih belum memadai sehingga berbagai penyimpangan yang terjadi masih sukar diketahui dan dicegah dengan cepat.

BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Kinerja koperasi unit (KUD) desa di Provinsi Bali dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Hasil analisis menggunakan model Structural Equation Model (SEM), faktor internal dipengaruhi oleh faktor peran serta anggota, sumber daya manusia (SDM) dan aktivitas, sedangkan faktor manajemen, likuiditas, solvabilitas tidak berpengaruh. Faktor peran serta anggota dipengaruhi oleh lamanya pengguna jasa KUD para anggota, frekuensi mengikuti rapat-rapat KUD, dan tidak dipengaruhi oleh pelunasan simpanan wajib dan pokok, pengetahuan tentang kegiatan koperasi (pemilihan pengurus); Faktor sumber daya manusia (SDM) dipengaruhi oleh jumlah karyawan dan frekuensi pelatihan dan tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan; Faktor aktivitas dipengaruhi oleh rasio perputaran persediaan, rasio perputaran modal kerja, dan rasio perputaran ratarata piutang (PRrP); Faktor manajemen dipengaruhi oleh perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan; Faktor likuiditas dipengaruhi oleh rasio cepat dan tidak dipengaruhi oleh rasio lancar dan rasio kas; Faktor solvabilitas dipengaruhi oleh rasio hutang, rasio hutang terhadap equitas, dan rasio hutang jangka panjang terhadap equitas. Faktor eksternal dipengharuhi oleh suku bunga dan inflasi, dan tidak dipengaruhi oleh frekuensi pembinaan.
2.      Pengaruh langsung, tidak langsung dan total dari Indikator Konstruk terhadap Kinerja Koperasi Unit Desa di Provinsi Bali, yaitu :
a.  Faktor internal mempunyai pengaruh langsung sebesar 0,42 dan pengaruh tidak langsung sebesar 0,00, jadi faktor internal secara total berpengaruh terhadap kinerja KUD sebesar 0,42
b.  Faktor eksternal mempunyai pengaruh langsung sebesar 0,69 dan pengaruh tidak langsung 0,00, jadi faktor eksternal secara total berpengaruh terhadap kinerja KUD sebesar 0,69.
3.2.            Rekomendasi Kebijakan
Dari hasil temuan dapat direkomendasi kebijakan sebagai berikut :
1.  Perlu dilakukan intervensi terhadap faktor-faktor penentu keberhasilan Koperasi Unit Desa dengan melakukan berbagai kegiatan pengembangan keanggotaan dan meningkatkan partisipasi aktif anggota. Peningkatan jumlah anggota ini secara langsung mempengaruhi atau memperbesar jumlah modal KUD, karena salah satu modal KUD adalah simpanan dari anggota, jadi makin besar jumlah anggota KUD, kemampuan modalnya juga makin kuat.
2.  Kualifikasi pengurus, pengawas, dan manajer perlu ditingkatkan melalui pembinaan secara terpadu KUD-PUSKUD. Di samping itu sebaiknya Perguruan Tinggo mulai dilibatkan secara langsung atau diberi tanggungjawab yang nyata dalam pemberdayaan KUD melalui program pengabdian pada masyarakat.
3.  Keberhasilan KUD tidak bisa terlepas dengan pemanfaatan sumber dan penggunaan dana, maka manajemen KUD perlu meningkatkan pengendalian internal agar terkendali aktivitas, likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitasnya, sehingga KUD dapat meningkatkan pemberian pelayanan kepada anggota dan masyarakat serta sekaligus menumbuhkan peran serta aktif para anggota.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1992. ‘Undang-Undang No. 25 Tentang Perkoperasian’. Departemen Koperasi, Jakarta.

Alwi, Syafaruddin. 1994. ‘Alat-Alat Analisa Dalam Pembelanjaan’. Andi Offset, Yogyakarta.

Bappeda. 2004. Data Bali Membangun 2004. Penerbit Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bali.

Baridwan, Zaki. 1992. ‘Intermediate Accounting’. STIE, YKPN, Yogyakarta. Cooper, Donald R dan Emorry William C. 1996. ‘ Business Research Methods’. Jilid I (Edisi Bahasa Indonesia), Erlangga, Jakarta.

Djarwanto. 1989. ‘Pokok-Pokok Analisa Laporan Keuangan’. BPFE, Yogyakarta. Ferdinand, Augusty. 2000. ‘Structural Equation Modeling Dalam Penelitian Manajemen’. Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Hanafi, M. Mamduh dan Halim Abdul.1996.’ Analisis Laporan Keuangan’. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Husnan, Suad. 1988. ‘Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek).’ Edisi Revisi, BPFE, Yogyakarta.

Sawir Agnes. 2003. ‘Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan’. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Setyaningsih. 1996. ‘AnalisisPerbedaan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah GO Publik Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkat Harga Saham Di Pasar Modal Indonesia, Thailand dan Jepang’. Disertasi, Program Pascasarjana, Universitas Airlangga.

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. 1989. ‘Metode Penelitian Survey’. LP3ES, Jakarta.

Swasono, Sri-Edi. Membangun Koperasi Sebagai Soko-Guru Perekonomian Indonesia. Dalam mencari Bentuk, Posisi, dan realitas Koperasi di dalam Orde Ekonomi Indonesia. Editor: Sri-Edi Swasono. Penerbit Universitas Indonesia. Pp.114-157.




Nama / NPM              : Riski Ludvitasari / 26211274
Kelas / Tahun            : 2EB09 / 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar